114 Di dalam cerita Abu Nawas, tokoh utama memiliki sifat. a. periang b. komedi c. humoris d. pemarah e. penyedih Jawaban: c 115. Bagian epilog terdapat pada. a. akhir naskah b. awal dan akhir naskah c. bebas d. awal naskah e. tengah naskah Jawaban: a 116. Cerita dalam Hikayat 1001 Malam bertempat di. a. kebun b. taman c. kerajaan d
KegemaranAbu Nawas bermain kata-kata dengan selera humornya yang tinggi, mampu membuat dirinya menjadi seorang legenda. Bahkan, namanya tercantum dalam dongeng 1001 Malam. Kepandaian Abu Nawas dalam menulis puisi juga mampu menarik perhatian Khalifah Harun al-Rasyid. Bahkan, Abu Nawas diangkat menjadi penyair istana (sya'irul bilad).
BerbagiCerita Lucu Singkat yang Menghibur. Cerita hidup Abu Nawas sungguh dramatis. Dengan segala kejenakaan karya-karyanya, Abu Nawas memiliki kehidupan yang sama sekali tidak jenaka. Hidupnya berakhir tragis di penjara. Menurut cerita, Abu Nawas meninggal karena dibunuh oleh Ismail bin Abu Sehl.
Unsurintrinsik tokoh pada cerita fantasi adalah orang yang terlibat dalam cerita. Tokoh utama merupakan tokoh yang memiliki peranan penting dalam suatu cerita. Tokoh utama biasanya paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun sosok yang dikenai kejadian dalam cerita. Pada cerita di atas, tokoh utama yaitu Anika, Tamika dan Cika.
CeritaHikayat. oleh Rizky Pujian Dasa Pratama S.Kom. Contoh cerita hikayat singkat mengenai Abu Nawas, Hang Tuah, Si Miskin, 1001 Malam, dan Bunga Kemuning mulai dari ciri-ciri, struktur teks, dan pengertian. Hikayat adalah salah satu karya sastra lama berbentuk prosa yang banyak dipakai dalam Bahasa Melayu dengan isi seperti kisah hingga dongeng.
CeritaAbu Nawas, Dari Penyair Istana Hingga Dipenjara. Usai terbebas sebagai budak, lika-liku kehidupannya sebagai seorang penyair pun dimulai. Abu Nawas hijrah ke Baghdad, sebuah kota metropolis yang saat itu dipenuhi intelektual abad pertengahan di bawah kepemimpinan Khalifah Harun Ar-Rasyid. Harun Ar-Rasyid pun mengangkatnya penjadi penyair
1FtYcC. Latihan Soal Online - Latihan Soal SD - Latihan Soal SMP - Latihan Soal SMA Kategori Semua Soal SMA Seni Budaya Acak ★ Ujian Semester 2 UAS / UKK Seni Budaya SMA Kelas 10Di dalam cerita Abu Nawas, tokoh utama memiliki sifat…. a. periang b. komedi c. humoris d. pemarah e. penyedih Pilih jawaban kamu A B C D E Latihan Soal SD Kelas 1Latihan Soal SD Kelas 2Latihan Soal SD Kelas 3Latihan Soal SD Kelas 4Latihan Soal SD Kelas 5Latihan Soal SD Kelas 6Latihan Soal SMP Kelas 7Latihan Soal SMP Kelas 8Latihan Soal SMP Kelas 9Latihan Soal SMA Kelas 10Latihan Soal SMA Kelas 11Latihan Soal SMA Kelas 12Preview soal lainnya Ujian Akhir Semester 2 Genap UAS UKK Seni Budaya SMA Kelas 11Berikut ini yang termasuk fungsi dari tari nusantara adalah…. a. melestarikan budaya bangsa b. menjadi wahana hiburan masyarakat c. ajang promosi budaya d. sarana bergaul kalangan remaja e. pelengkap berbagai acara seremonial Materi Latihan Soal LainnyaPemanfaatan Peta, Penginderaan Jauh dan SIG - Geografi SMA Kelas 12Bab 1 - PAI SMP Kelas 8PAT Biologi SMA Kelas 11PAT IPA SD Kelas 5Penilaian Harian PPKn SD Kelas 4 KD SD Kelas 2USBN Matematika SD Kelas 6IPA Tema 1 Subtema 3 SD Kelas 5PAT Matematika SD Kelas 4Kalimat Efektif - Bahasa Indonesia SD Kelas 6Cara Menggunakan Baca dan cermati soal baik-baik, lalu pilih salah satu jawaban yang kamu anggap benar dengan mengklik / tap pilihan yang Jika halaman ini selalu menampilkan soal yang sama secara beruntun, maka pastikan kamu mengoreksi soal terlebih dahulu dengan menekan tombol "Koreksi" diatas. Tentang Soal Online adalah website yang berisi tentang latihan soal mulai dari soal SD / MI Sederajat, SMP / MTs sederajat, SMA / MA Sederajat hingga umum. Website ini hadir dalam rangka ikut berpartisipasi dalam misi mencerdaskan manusia Indonesia.
Buat yang sering membaca dongeng 1001 Malam, mungkin kamu sudah tak asing dengan karakter Abu Nawas. Dalam, kisah Abu Nawas dan Telur Unta yang ada di artikel ini, yuk simak betapa cerdik dan konyol dirinya! Abu Nawas adalah salah satu tokoh dalam dongeng 1001 Malam. Ia kerap digambarkan sebagai sosok yang cerdas dan konyol. Salah satu kisah terbaik yang menceritakan kekonyolannya adalah dongeng Abu Nawas dan Telur kamu penyuka dongeng 1001 Malam, kisah tersebut mungkin sudah tak asing lagi bagimu. Buat yang belum baca, secara singkat, dongeng ini mengisahkan tentang seorang raja yang menderita suatu penyakit. Karena tak kunjung sembuh, Abu Nawas pun memberinya saran tuk memakan telur hal apa yang akan dilakukan raja? Akankah ia percaya bahwa unta itu menghasilkan telur? Kalau penasaran dengan kisah selanjutnya, tak perlu berlama-lama lagi. Mending langsung saja simak cerita, unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menarik Abu Nawas dan Telur untuk di bawah ini!Cerita Dongeng Abu Nawas dan Telur Unta Alkisah, pada suatu hari, hiduplah seroang raja bernama Harun Al Rasyid. Ia merasakan sakit di sekujur tubuunya. Bahkan, untuk berjalan saja ia tak kuat. Badannya pegal-pegal dan terasa sangat lemas. Ia lalu memanggil tabib istana tuk mengobatinya. Namun, tabib itu tak berhasil. Baginda Raja tetap saja tubuhnya terasa sakit dan pegal-pegal. Ia lalu memanggil satu persatu tabib di Kota Bagdad. Sayangnya, penyakitnya tak jua dapat disembuhkan. Atas saran dari pengawal istana, Baginda Raja akhirnya membuat sayembara. “Barang siapa bisa menyembuhkan dan menghilangkan penyakit Baginda Harun Al Rasyid akan mendapatkan hadiah berupa uang dan emas yang banyak,” ucap pengawal pada rakyat di Kota Bagdad. Sayembara itu pun langsung tersebar luas. Banyak sekali orang dan tabib yang mencoba mengobati Baginda Raja. Sayang sekali, tak ada satu orang pun berhasil menyembuhkan sang Raja. Hingga suatu hari, Abu Nawas mendengar sayembara itu. Ia tertarik untuk mengikuti sayembara tersebut. Padahal, sebenarnya ia tak punya kemampuan dalam mengobati. Keesokan harinya, Abu Nawas menghadap Harun Al Rasyid. Betapa terkejutnya Raja melihatnya, “Hmm, rupanya kau ikut pula dalam sayembara ini.” “Tentu saja, Baginda. Hamba ingin Baginda sehat kembali,” ucap Abu Nawas. “Lantas, apa yang bisa kau lakukan untuk mengobati penyakitku ini? Kulihat kau tak membawa obat-obatan atau peralatan untuk menyembuhkanku,” tanya Harun Al Rasyid. “Hamba akan mencobanya dengan cara yang berbeda dari para tabib lainnya, Baginda. Karena, tampaknya pengobatan biasa tak bisa menyembuhkan Baginda. Benar begitu, bukan?” ujarnya meyakinkan Raja. “Baiklah, cara apa yang kau tawarkan?” tanya Raja. “Sebelum memberikan obat, bisakah Baginda menceritakan apa yang dirasakan?” tanyanya, “Badanku terasa pegal dan lemas. Tangan dan kakiku nyeri dan pegal-pegal. Untuk berjalan pun terasa susah. Padahal, selama ini aku tak banyak bergerak,” ujar Baginda Raja. Baca juga Kisah Terbentuknya Pulau Nusa dari Kalimantan Tengah dan Ulasannya, Kecerobohan Manusia yang Berakhir Tragis Abu Nawas Mencari Cara Tuk Mengobati Baginda Setelah melakukan pemeriksaan pada tubuh Baginda, Abu Nawas tak langsung memberikan obat. Ia meminta waktu selama 2 hari untuk meramu obat terbaik. Sebenarnya, ia belum tahu rencana selanjutnya. Raja pun setuju tuk memberinya waktu dua hari. Sepulangnya dari istana, Abu Nawas duduk di bawah pohon yang rindang. Ia memikirkan cara untuk mengobati sang Raja. Wajar saja bingung, ia bukanlah seorang tabib. Di tengah pikirannya yang sedang kalut, ia melihat dari kejauhan seorang kakek tua yang sedang memetik buah kurma di kebun. Abu Nawas yang heran pun mendekati kakek itu. “Kek, kau sudah tua. Kenapa malah memetik buah. Di mana anak dan cucumu?” ujarnya sambil membantu sang kakek mengambil buah-buahan. “Bukan tanpa alasan, Nak. Kakek justru senang melakukannya. Kalau diam diri di rumah, tubuhku akan terasa pegal-pegal. Jadi, aku harus terus bergerak agar ototku tak kaku,” jawab kakek itu. “Oh, jadi begitu rupanya,” jawabnya. Jawaban dari sang kakek membuat Abu Nawas mengetahui penyebab dari penyakit sang Raja. Ia lalu mendapatkan ide untuk mengobati sang Raja. Keesokan harinya, Abu Nawas kembali menemui Baginda Raja. “Hai, belum dua hari kenapa kau sudah menghadapku. Apakah kau sudah menyiapkan obat untukku?” tanya Raja. “Maafkan hamba, Baginda. Kali ini hamba tak dapat membawa obat yang dapat baginda minum. Obat yang bisa menyembuhkan Baginda adalah telur unta. Baginda harus mencarinya sendiri. Jika tidak, khasiatnya akan menghilang,” terang Abu Nawas. “Kalau itu saranmu, baiklah. Aku akan mencarinya sendiri. Tapi, jika aku tak berhasil sembuh, kau akan aku hukum,” ujar Raja. Saat pagi tiba, Harun Al Rasyid dengan sekuat tenaga bangun dari tempat tidurnya untuk mencari telur unta di pasar. Ia bertanya dari satu penjual ke penjual lain, namun tak ada satu pun yang menjualnya. Sebenarnya, para pedagang merasa heran, dalam hati mereka bertanya, “Bukankah unta itu beranak bukan bertelur?”. Namun, mereka tak berani mengatakan hal tersebut pada baginda Raja. Baginda Mencari Telur Unta Setelah berkeliling kota, Raja tak menemukan satu pun penjual telur unta. Setelah itu, ia bertemu dengan seorang nenek. “Nek, tahukah kau di mana pedagang yang menjual telur unta?” ujarnya. Nenek itu pun terkejut. Ia lalu menjawabnya dengan jujur, “Kalau pun kau mencarinya hingga ujung dunia, kau tak akan bisa menemukannya.” Sambil tertawa kecil, ia berkat, “Unta itu tidak bertelur. Ia beranak.” Setelah mendengar jawaban tersebut, Harun Al Rasyid pun merasa dibodohi oleh Abu Nawas. Ia merasa geram dan marah. Tak sabar rasanya ingin menghukum pria itu. Namun, ia terlalu lelah. Sesampainya di istana, ia langsung tertidur pulas. Keeseokan harinya, bagindar Raja merasa segar bugar. Penyakit yang ia derita hilang begitu saja. Meski begitu, ia tetap ingin menghukum Abu Nawas. Ia tak terima pria itu telah membohonginya. Ia lalu memerintahkan pengawalnya untuk memanggil Abu Nawas ke istana. Tak lama kemudian, pria itu menghadap sang Raja. “Bagaimana, Tuanku? Apakah engkau telah menemukan telur unta sesuai yang telah hamba ajarkan?” “Berani-beraninya kau telah mempermainkanku!” ujar Baginda marah. “Apa maksud Baginda?” ujar Abu Nawas. “Beraninya kau menyuruhku mencari telur unta! Padahal, ia tak bertelur tapi beranak!” ujar Baginda kesal. “Tentu saja Baginda tak akan menemukannya, sebab tak ada satupun unta yang bertelur di dunia ini. Tapi, sekarang hamba hendak bertanya, apakah badan Baginda masih pegal-pegal?” ujarnya. “Tidak. Aku sudah tidak merasakannya,” jawab Baginda. “Apakah tangan dan kaki Baginda masih merasa nyeri?” tanya Abu Nawas. “Tentu tidak. Aku bahkan semalam tertidur pulas,” jawab Baginda Raja. “Itu berarti, hamba tak bersalah, kan? Hamba berhasil menyembuhkan Baginda,” jawab Abu Nawas dengan santai. Mendengar hal itu, Harun Al Rasyid pun tak jadi kesal. Ia justru tertawa tergeleng-geleng mendengar Abu Nawas. Kini, ia rajin bergerak agar tak pegal-pegal lagi. Unsur Intrinsik Usai membaca kisah Abu Nawas dan Telur Unta yang lucu di atas, apakah kamu penasaran dengan unsur intrinsiknya? Kalau iya, tak perlu berlama-lama lagi. Langsung saja simak ulasan singkatnya di artikel ini! 1. Tema Inti cerita atau tema dari dongeng 1001 Malam ini adalah tentang kercedikan Abu Nawas. Terinspirasi dari seorang kakek yang memetik buah di pohon, ia mendapatkan ide tuk menyembuhkan penyakit sang Raja. Meskipun idenya terdengar konyol, yang penting raja berhasil sembuh dan sehat. 2. Tokoh dan Perwatakan Ada dua tokoh utama dalam cerita ini. Siapa lagi kalau bukan Abu Nawas dan Harun Al Rasyid. Seperti kisah-kisah lainnya, Abu Nawas selalu digambarkan sebagai pria yang cerdik dan konyol. Harun Al Rasyid digambarkan sebagai raja yang pemalas. Sebab, penyakit pegal-pegal yang ia rasakan karena jarang bergerak. Hal itu menandakan bahwa ia kerap berdiam diri di istana. Selain itu, ia juga memiliki sifat mudah percaya. Buktinya, ia langsung mengikuti saran Abu Nawas untuk mencari telur unta. Selain tokoh utama, cerita ini juga memiliki tokoh pendukung yang turut mewarnai kisahnya. Mereka adalah Kakek pemetik buah yang menginspirasi Abu Nawas dan seorang Nenek jujur yang memberitahu baginda bahwa unta tidak bertelur. 3. Latar Ada beberapa latar tempat yang digunakan dalam cerita ini. Secara general, latar tempatnya adalah di Kota Baghdad. Secara spesifik, ada beberapa latar tempat yang digunakan, seperti istana, pasar, di bawah pohon rindang, dan perkebunan. 4. Alur Cerita Abu Nawas dan Telur Unta Dongeng Abu Nawas dan Telur Unta memiliki alur maju. Cerita bermula dari seorang raja yang menderita penyakit pegal-pegal pada badannya dan nyeri pada kaki dan tangannya. Ia mengundang tabib istana, tapi penyakitnya tak hilang Setelah itu, ia juga mengundang beberapa tabib di kota. Namun, hasilnya nihil. Penyakitnya tak kunjung hilang. Sepanjang hari, ia merasakan pegal-pegal dan nyeri. Sampai akhirnya, sayembara pun ia buat. Barangsiapa yang bisa menyembuhkan penyakit Raja, maka hadiah berupa emas dan uang akan ia dapatkan. Orang-orang pun berbondong-bondong datang ke istana untuk mencoba mengobati Raja. Sayangnya, belum ada yang berhasil. Sayembara itu pun sampai ke telinga Abu Nawas. Meski bukan tabib, ia ingin mencoba mengobati baginda Raja. Ia pun bergegas ke istana. Setelah medengar keluh kesah sang Raja, Abu Nawas minta waktu selama dua hari untuk mencari obat. Sebenarnya, Abu Nawas merasa bingung memikirkan solusi atas permasalahan sang Raja. Saat memikirkannya di bawah pohon, ia melihat seorang kakek memetik buah. Kakek itu berkata kalau hanya berdiam diri di rumah, tubuhnya akan terasa pegal-pegal. Dari situlah Abu Nawas mendapatkan inspirasi untuk menghilangkan penyakit Baginda Raja. Keesokan harinya ia kembali ke istana dan mengatakan pada Raja untuk mencari telur unta. Ia harus mencarinya sendiri. Sebab, bila yang mencari orang lain, maka khasiatnya akan menurun. Dengan polosnya, Baginda Raja memercayai perkataan Abu Nawas. Ia pergi ke pasar untuk mencari telur unta. Dari satu penjual ke penjual lain, telur unta tak dapat ia temukan. Lalu, ia bertemu dengan seorang nenek. Ia bertanya pada nenek itu, di mana bisa menemukan telur unta. Sang nenek pun terkejut. Namun, dengan jujur ia menjawab bahwa unta tak bertelur melainkan beranak. Sontak hal itu membuat Baginda Raja marah besar. Meski demikiaan, penyakitnya berhasil sembuh. Sebab, obat dari penyakitnya hanyalah sering bergerak agar otot-otot tidak kaku. 5. Pesan Moral Apa saja pesan moral dari cerita dongeng ini? Ada beberapa pesan moral yang bisa kamu petik, salah satunya adalah jangan jadi orang pemalas. Jarang bergerak akan membuat otot-ototmu kaku dan jadi mudah merasa pegal-pegal. Pesan kedua adalah jadilah orang yang solutif seperti Abu Nawas. Ia tak serta merta memberi obat pada sang Raja. Namun, ia mencari dulu akar permasalahannya. Setelah itu, barulah ia mencari solusi. Tidak hanya unsur intrinsik, ada juga unsur ekstrinsik yang terkandung dalam cerita dongeng Abu Nawas dan Telur Unta ini. Di antaranya adalah nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, seperti nilai budaya, sosial, dan moral. Baca juga Asal Mula Gunung Mekongga di Sulawesi Tenggara & Ulasan Menariknya, Tempat Terbunuhnya Burung Garuda Raksasa Fakta Menarik Tak banyak yang bisa diulik dari cerita dongeng Abu Nawas dan Terlu Unta ini. Meski demikian, ada satu fakta yang harus kamu baca. Apakah itu? Berikut ulasan singkatnya; 1. Versi Lain Pada umumnya, suatu dongeng memang memiliki beberapa versi. Begitu pun dengan cerita dongeng Abu Nawas dan Telur Unta ini. Dongeng ini memiliki versi cerita lainnya. Secara garis besar, kisahnya tetap sama, yaitu tentang kecerdikan Abu Nawas dalam menyembuhkan sang Raja. Bedanya, ketika sang Raja bertemu dengan sang nenek, ia tak hanya menanyakan soal telur unta saja. Tapi, ia turut membantu sang nenek membawakan kayu bakar hingga ke rumah nenek itu. Karena membawa kayu bakar yang cukup berat itulah penyakit pegal-pegal sang Raja menghilang. Artinya, sang Raja dalam versi ini tidak melulu memiliki sifat pemalas. Tapi, ia juga baik hati karena telah menolong seorang nenek yang sedang membawa kayu bakar. Baca juga Cerita Rakyat Putri Satarina dan Tujuh Bidadari dari Sulawesi Tenggara & Ulasannya, Kisah Kebaikan Hati Seorang Gadis Hibur Teman-Temanmu dengan Kisah Lucu Abu Nawas dan Telur Unta di Atas Demikianlah kisah Abu Nawas dan Telur Unta beserta unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya. Apakah kamu suka dengan kisahnya? Kalau iya, jangan ragu tuk membagikannya dengan teman-temanmu. Jika mau baca kisah menarik lainnya, langsung saja cek situs kanal Ruang Pena. Ada kisah tentang Batu dan Pohon Ara, persahabatan Buaya dan Burung Penyanyi, Pengembara dan Sebuah Pohon, serta masih banyak lagi. Selamat membaca! PenulisRinta NarizaRinta Nariza, lulusan Universitas Kristen Satya Wacana jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, tapi kurang berbakat menjadi seorang guru. Baginya, menulis bukan sekadar hobi tapi upaya untuk melawan lupa. Penikmat film horor dan drama Asia, serta suka mengaitkan sifat orang dengan zodiaknya. EditorKhonita FitriSeorang penulis dan editor lulusan Universitas Diponegoro jurusan Bahasa Inggris. Passion terbesarnya adalah mempelajari berbagai bahasa asing. Selain bahasa, ambivert yang memiliki prinsip hidup "When there is a will, there's a way" untuk menikmati "hidangan" yang disuguhkan kehidupan ini juga menyukai musik instrumental, buku, genre thriller, dan misteri.
Siapa yang suka membaca dongeng 1001 Malam? Sudah pernah membaca kisah Abu Nawas yang Doa Merayu Tuhan? Kalau belum, tak perlu ke mana-mana lagi, ya! Karena sekarang kamu sudah berada di tempat yang tepat. Yuk, simak langsung saja kisah Abu Nawas adalah salah satu bagian dari dongeng 1001 Malam. Biasanya, kisahnya mengandung pesan moral. Ada banyak kisah Abu Nawas, salah satunya adalah Doa Merayu Tuhan. Kamu sudah pernah membaca atau mendengar kisahnya?Berbeda dengan kisah lainnya, di dongeng ini Abu Nawas tak bersikap konyol. Secara singkat, dongeng ini mengisahkan tentang tiga orang murid yang bertanya pada gurunya, Abu Nawas. Pertanyaan mereka sebenarnya sama, tapi sang guru menjawab dengan tiga jawaban berbeda. Bagaimana bisa?Daripada penasaran, kamu mending langsung simak cerita lengkap Doa Abu Nawas Merayu Tuhan yang ada di artikel ini. Tak hanya kisahnya saja, unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya pun telah kami paparkan. Selamat membaca! Alkisah, di Timur Tengah, hiduplah seorang sufi bernama Abu Nawas. Karena kecerdasannya, ia memiiliki banyak murid. Ketika mengajar, ia dapat mengajar materi yang berbobot dengan penyampaian yang mudah dimengerti. Tak heran bila para murid sangat menyukainya. Pada suatu hari, ketika mengajar, ada tiga orang tamu yang mengunjunginya untuk mengajukan pertanyaan. Orang pertama bertanya, “Abu, manakah yang lebih utama, orang yang melakukan dosa-dosa besar atau orang yang melakukan dosa kecil” Abu Nawas pun menjawab, “Orang yang mengerjakan dosa kecil.” “Kenapa begitu?” tanya orang pertama itu. “Sebab, Allah lebih mudah mengampuni dosa kecil ketimbang dosa besar,” jawab seorang sufi cerdas itu. Orang pertama itu pun menganggukkan kepala dan sangat puas dengan jawaban tersebut. Tak lama kemudian, bertanyalah orang kedua dengan pertanyaan yang sama, “Abu, menurut engkau, manakah yang lebih utama, mengerjakan dosa-dosa besar atau mengerjakan dosa-dosa kecil?” Dengan jawaban berbeda, sufi itu menjawab, “Orang yang tidak mengerjakan kedua dosa itu adalah yang utama.” “Mengapa demikian?” tanya orang kedua. “Dengan tidak mengerjakan keduanya, tentu saja Allah tidak perlu memberikan pengampunan,” ujarnya santai. Orang kedua pun menganggukan kepala dan puas dengan jawaban gurunya. Lalu, orang ketiga juga memberi pertanyaan yang sama, “Abu, mana yang lebih utama? Orang yang mengerjakan dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa kecil?” Ia dengan kalem menjawab, “Dosa yang besar lebih utama.” “Kenapa bisa begitu?” tanya orang ketiga. “Pasalnya, pengampunan Allah kepada hamba-Nya sebanding dengan besar dosa hamba-Nya,” jawabnya kalem. Dan lagi, murid ketiga juga merasa puas dengan jawaban tersebut. Ketiga orang itu lalu pergi dengan hati yang puas. Seorang Murid yang Bertanya Murid yang sedari tadi mendengar Abu Nawas menjawab pertanyaan ketiga orang itu pun bertanya-tanya. “Abu, mengapa pertanyaan yang sama bisa menghasilkan jawaban yang berbeda,” ujarnya tak paham. Abu Nawas tersenyum lalu menjawab, “Muridku, manusia itu terbagi atas tiga tingkatan, yaitu tingkatan mata, otak, dan hati.” “Maksudnya bagaimana Abu? Apa itu tingkatan mata?” tanya muridnya masih tak paham. Lalu, Abu Nawas menjelaskan dengan bahasa yang ringan, “Begini, seorang anak kecil yang melihat bintang di langit, ia akan menyebut bintang itu kecil karena itulah yang nampak di matanya.” “Emm, lantas apa itu tingkatan otak?” tanya sang murid itu mencoba perlahan-lahan memahami jawaban gurunya. “Berbeda dengan anak kecil, orang pandai akan berkata bahwa bintang itu besar karena ia punya banyak pengetahuan,” jawabnya. “Dan, apa itu tingkatan hati?” tanyanya mulai paham. “Orang pandai dan paham yang melihat bintang di langit akan tetap mengatakan bintang itu kecil, meski sebenarnya ia tahu bawah ukurannya begitu besar. Sebab, baginya, tak ada satu pun di dunia ini yang lebih besar dari Allah,” jawab Abu Nawas sambil tersenyum. Mendengar jawaban terakhir, murid itu pun menganggukkan kepalanya. Kini, ia paham kenapa satu pertanyaan bisa mendatangkan jawaban yang berbeda-beda. Doa Abu Nawas Merayu Tuhan Setelah puas dengan pertanyaan sebelumnya, si murid pun bertanya lagi, “Wahai guruku, bolehkah aku bertanya lagi?” “Tentu saja boleh, muridku. Apa yang ingin kau tanyakan?” jawab sang guru. “Mungkinkah manusia merayu Tuhan?” tanyanya. “Mungkin saja,” jawabnya santai menerima pertanyaan aneh itu. “Bagaimana caranya?” tanya murid itu penasaran. “Manusia bisa merayu Tuhan dengan kata-kata pujian dan doa-doa,” ujar Abu Nawas. “Kalau begitu, Guru, bolehkah aku tahu doa itu?” ujar si murid antusias. Lalu, Abu Nawas membacakan doanya, “Ialahi lastu lil firdausi ahla, Wala Aqwa alannaril Jahimi, fahabli taubatan waghfir dzunubi, fa innaka ghafiruz dzambil adzimi. Dzunuubii mitslu a’daadir rimaali fa hablii taubatan yaa dzaaljalaali, “ Ia juga menyebutkan arti dari doa itu, “Wahai Tuhanku, aku tidak pantas menjadi penghuni surga, tapi aku tidak kuat menahan panasnya api neraka. Sebab itulah terimalah tobatku dan ampunilah segala dosa-dosaku, sesungguhnya Kau lah Dzat yang mengampuni dosa-dosa besar.” Baca juga Asal Mula Gunung Mekongga di Sulawesi Tenggara & Ulasan Menariknya, Tempat Terbunuhnya Burung Garuda Raksasa Unsur Intrinsik Usai membaca kisah Abu Nawas; Doa Merayu Tuhan, apakah kamu penasaran dengan unsur intrinsiknya? Kalau iya, berikut adalah ulasan singkat unsur-unsurnya, mulai dari tema hingga pesan moral; 1. Tema Inti cerita atau tema dari dongeng 1001 Malam ini adalah tentang kesabaran dan kebijaksanaan dalam menghadapi masalah. Seperti Abu Nawas yang sabar dan bijak menjawab setiap pertanyaaan dari ketiga orang dan muridnya. Selain itu, dongeng ini juga menceritakan doa atau syair puji-pujian untuk memohon ampun pada Allah Swt.. 2. Tokoh dan Perwatakan Ada dua tokoh utama dalam cerita ini, siapa lagi kalau bukan Abu Nawas dan muridnya. Seorang sufi ini digambarkan sebagai sosok yang penyabar, bijak, dan pandai. Ia bisa menjawab pertanyaan dengan mudah dan santai. Kesabarannya terlihat dari ketulusannya menjawab pertanyaan-pertanyaan tak lazim dari orang-orang. Sementara sang murid digambarkan sebagai seorang anak yang mudah penasaran. Ia ingin tahu apa saja yang dilihat dan didengarnya. Beruntung, Abu Nawas dengan sabar menjawab segala pertanyaan dari muridnya itu. Tokoh pendukung dalam kisah ini adalah tiga orang tamu. Mereka muncul dalam awal cerita untuk menanyakan tiga pertanyaan yang sama pada Abu Nawas. Meski pertanyaannya sama, sufi nan cerdas itu bisa menjawab dengan tiga jawaban berbeda. 3. Latar Latar tempat dan setting waktu dalam cerita ini tak disebutkan secara spesifik. Hanya saja, diperkirakan cerita ini menggunakan latar tempat di sebuah ruangan kelas atau mungkin di rumah Abu Nawas. 4. Alur Alur cerita dongeng 1001 Malam ini adalah maju. Cerita berawal dari kedatangan tiga orang tamu yang bertanya pada Abu Nawas. Mereka bertanya tiga hal yang sama pada sufi cerdas itu. Meski pertanyaannya sama, Abu Nawas dapat menjawab dengan tiga jawaban yang berbeda. Ketiga orang tamu itu puas dengan jawaban masing-masing dan kemudian pergi dari tempat Abu Nawas mengajar. Sontak, kejadian itu, membuat salah satu murid sufi tersebut penasaran. Lalu, dengan rasa penasaran, murid itu bertanya pada gurunya bagaimana bisa satu pertanyaan memiliki tiga jawaban yang berbeda. Ia lalu menjawab bahwa manusia itu terbagi atas tiga tingkatan, yaitu tingkatan mata, otak, dan hati. Untuk mempermudah si murid memahami maksudnya, ia memberikan penjelasan lewat perumpamaan bintang di langit. Setelah itu, sang murid pun memahami maksud dari gurunya. Namun, ia masih memiliki pertanyaan lain. Murid itu penasaran, apakah Tuhan bisa dirayu oleh manusia? Dan jawaban Abu Nawas adalah mungkin saja bisa. Manusia mungkin bisa merayu Tuhan lewat pujian dan doa-doa. Setelah itu, Abu Nawas mengucapkan doa yang artinya adalah tentang pengakuan dan permintaan tobat seorang umat kepada Allah Swt.. 5. Pesan Moral Apakah pesan moral yang bisa kamu petik dari kisah Abu Nawas; Doa Merayu Tuhan ini? Salah satu pesan yang terkandung adalah berusahalah untuk bersabar menghadapi setiap masalah. Abu Nawas bisa saja marah kepada ketiga orang tamu yang memberinya pertanyaan sama. Namun, dengan cerdas ia malah memberikan tiga jawaban yang berbeda kepada setiap tamunya. Lalu, ia juga bisa saja memarahi muridnya yang memberikan pertanyaan tak lazim, yakni bisakah manusia merayu Tuhan. Hanya saja, ia memilih tuk memberikan pengertian bahwa merayu Tuhan bisa dengan cara berdoa dan memberikan pujian kepadanya. Selain unsur-unsur intrinsik, ada juga unsur ekstrinsik yang bisa kamu simpulkan dari kisah Abu Nawas; Doa Merayu Tuhan ini. Sebut saja nilai-nilai yang berlaku di masyarakat sekitar pada saat itu, termasuk nilai budaya, sosial, dan moral. Baca juga Cerita Rakyat Putri Satarina dan Tujuh Bidadari dari Sulawesi Tenggara & Ulasannya, Kisah Kebaikan Hati Seorang Gadis Fakta Menarik Sebelum mengakhiri artikel ini, kurang lengkap rasanya bila kamu belum membaca fakta menariknya. Karena ceritanya singkat, tak banyak fakta menarik yang bisa kami jabarkan. Namun, ada satu fakta yang sayang bila kamu lewatkan. Berikut ulasan singkatnya; 1. Kepopuleran Syair Abu Nawas Saat kamu membaca Doa Abu Nawas Merayu Tuhan di atas, apakah kamu merasa familier atau mungkin sudah mengetahuinya? Jadi, doa yang merupakan syair Abu Nawas yang populer dengan judul Syair Al-I’tiraf. Al I’tiraf sendiri artinya adalah pengakuan. Biasanya, pujian atau syair ini dikumandangkan sebelum adzan. Tak hanya itu, ada beberapa penyanyi religi yang cukup populer di Indonesia yang menyanyikan syair ini, seperti Ustaz Jefri Al Buchori, Nissa Sabyan, Fathur, dan Alfina Nindiyani. Kamu bisa mendengarkannya di Youtube. Baca juga Dongeng tentang Persahabatan Buaya dan Burung Penyanyi dan Ulasan Menariknya, Sebuah Pelajaran untuk Tidak Berkata Sembarangan Belajar Bersabar dan Bijak dari Kisah Ini Demikianlah artikel yang membahas kisah Abu Nawas; Doa Merayu Tuhan ini. Kamu suka dengan kisahnya? Semoga, dari kisah ini kamu bisa belajar kesabaran dan kebijaksanaan, ya. Selain itu, semoga saja kamu makin memahami Syair Al I’tiraf. Apabila tertarik untuk membaca kisah lainnya, langsung saja kepoin situs ini. Ada Doa Abu Nawas Minta Jodoh, Abu Nawas dan Keledai, kisah Abu Nawas Mencari Cincin, dan masih banyak lagi. Selain itu, ada pula cerita rakyat atau legenda Nusantara, seperti Tangkuban Perahu, asal usul Gunung Mekongga, dan kisah terbentuknya Pulau Nusa. Selamat membaca! PenulisRinta NarizaRinta Nariza, lulusan Universitas Kristen Satya Wacana jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, tapi kurang berbakat menjadi seorang guru. Baginya, menulis bukan sekadar hobi tapi upaya untuk melawan lupa. Penikmat film horor dan drama Asia, serta suka mengaitkan sifat orang dengan zodiaknya. EditorKhonita FitriSeorang penulis dan editor lulusan Universitas Diponegoro jurusan Bahasa Inggris. Passion terbesarnya adalah mempelajari berbagai bahasa asing. Selain bahasa, ambivert yang memiliki prinsip hidup "When there is a will, there's a way" untuk menikmati "hidangan" yang disuguhkan kehidupan ini juga menyukai musik instrumental, buku, genre thriller, dan misteri.
Sumber Twitter - kamikamustudioDongeng 1001 malam memiliki beberapa kisah yang menarik disimak, salah satunya adalah cerita lucu Abu Nawas yang menipu malaikat Munkar dan Nakir di alam kubur. Kalau penasaran, langsung saja simak ulasannya di Nawas merupakan seorang pujangga dari Arab yang dikenal jenaka dan sering disebutkan dalam Dongeng 1001 Malam. Salah satu kisah tentang Abu Nawas yang terkenal adalah saat ia menipu malaikat di alam kubur. Cerita ini menunjukkan bahwa sang penyair tersebut tak hanya kocak semasa hidupnya saja. Bahkan setelah ia meninggal dunia dan bertemu dengan malaikat Munkar dan Nakir pun ia tetap jenaka. Kira-kira seperti apa ya kisahnya? Kalau penasaran, langsung saja simak kisah Abu Nawas menipu malaikat di alam kubur berikut. Setelah itu, jangan lupa simak juga ulasan seputar unsur intrinsik dan fakta menariknya, ya! Alkisah, Abu Nawas yang telah beranjak tua tengah mempersiapkan diri jika sewaktu-waktu nyawanya diambil. Salah satu persiapan yang ia lakukan adalah dengan berpesan kepada keluarganya untuk membelikan kain kafan usang untuk membungkus tubuhnya. Tak berapa lama waktu berselang, sang pujangga meninggal dunia. Sesuai dengan pesan yang pernah diucapkan, sang istri mencarikan kain kafan lusuh yang warnanya sampai kecokelatan saking usangnya. Ia pun kemudian dimakamkan dengan selayaknya. Setelah itu, ketika ruhnya masih berada di alam kubur, datanglah malaikat Munkar dan Nakir. Mereka memiliki tugas untuk bertanya di alam kubur dan memberikan siksa kubur. Ketika melihat kafan Abu Nawas, kedua malaikat itu jadi bingung dan saling memandang satu sama lain. Karena seharusnya makam yang mereka datangi itu berisi dengan jenazah baru. Namun, kenapa kain kafannya sudah tidak bagus lagi. Setelah adu pendapat, mereka meyakini kalau jenazah tersebut adalah mayat baru meskipun kafannya sudah usang. Mereka akhirnya memutuskan untuk tetap bertanya pada ruh Abu Nawas. “Siapa Tuhanmu?” tanya Munkar. Sang pujangga sengaja tak langsung menjawab pertanyaan itu. Ia membiarkan suasana menjadi hening selama beberapa saat, baru kemudian berucap, “Apa kalian tidak salah makam? Coba lihat ini kafanku yang usang! Terlihat jelas kalau aku ini penghuni lama, kan?” Mendengar ucapannya, kedua malaikat kembali terdiam kebingungan. Jika melihat dari kain kafannya, tampilannya memang usang. Namun, bagaimanapun juga, tanah makamnya terlihat baru. Setelah kebingungan, pada akhirnya kedua malaikat itu memutuskan kalau jenazah Abu Nawas memang sudah lama. Dan akhirnya ia berhasil lolos dari pertanyaan dan siksa kubur dari malaikat. Baca juga Legenda Putri Pukes dan Ulasan Menariknya, Kisah Pengantin yang Berubah Jadi Batu Unsur Intrinsik Cerita Lucu Abu Nawas Menipu Malaikat di Alam Kubur Sumber Wikimedia Commons Setelah membaca cerita singkat Abu Nawas yang menipu malaikat dengan kain kafan lusuh, kini kamu bisa mengetahui sedikit unsur intrinsik yang ada di dalam ceritanya. Di antaranya adalah 1. Tema Inti cerita atau tema dari kisah lucu Abu Nawas yang menipu malaikat di alam kubur ini adalah kecerdikan. Demi bisa menghindari siksa kubur, pria yang cerdik ini sampai mengakali dengan menggunakan kain kafan yang sudah usang. Tujuannya agar ia dikenali sebagai jenazah yang sudah lama dan sudah pernah disiksa. Rupanya, siasatnya itu berhasil. 2. Tokoh dan Perwatakan Ada satu tokoh utama yang disebutkan dalam kisah ini, yakni Abu Nawas. Ia memiliki sifat cerdik dan jenaka. Ia memberikan ide kepada anak dan istrinya agar membungkusnya dengan kain kafan usang ketika ia meninggal. Hal itu dilakukan agar ia bisa menghindari siksaan kubur dari malaikat. Selain itu, ada beberapa tokoh pembantu lain yang melengkapi kisah ini, yakni malaikat Munkar dan Nakir yang menemui Abu Nawas di alam kubur, juga sang istri dan anak yang membantu menyiapkan kain kafan usang. 3. Latar Latar tempat yang disebutkan dalam kisah ini adalah di rumah tempat sang pujangga merencanakan siasatnya, dan dalam makam tempatnya menipu malaikat Munkar juga Nakir. 4. Alur Alur yang digunakan dalam cerita dongeng Abu Nawas menipu malaikat di atas adalah maju atau progresif. Kisahnya dimulai dengan persiapan sang tokoh utama untuk menghadapi kematian yang bisa datang kapan saja. Ia berpesan pada istri dan anaknya untuk memakamkannya dengan kain kafan usang. Konflik terjadi ketika malaikat Munkar dan Nakir datang untuk memberikan pertanyaan dan siksa kubur. Namun, rupanya akal Abu Nawas dengan mengenakan kain kafan usang itu bisa membuatnya terhindar dari siksa kubur. 5. Pesan Moral Kamu mungkin sempat mengira kalau cerita lucu Abu Nawas menipu malaikat dengan kain kafan lusuh ini tak akan bisa memberikan amanat atau pesan moral. Padahal kamu tetap bisa mendapatkannya. Yaitu, jadilah seseorang yang selalu cerdik dalam menghadapi berbagai macam masalah di hidupmu. Tak peduli seberapa besar masalahmu, yakinlah bahwa pasti ada jalan keluarnya. Kisah ini juga mengandung unsur ekstrinsik, lho. Di antaranya berupa nilai-nilai sosial, moral, dan agama yang berkaitan dengan masyarakat sekitar. Baca juga Cerita Singkat Nabi Nuh As dan Mukjizatnya yang Akan Membuatmu Kagum Fakta Menarik tentang Kisah Abu Nawas Menipu Malaikat Sumber Wikimedia Commons Setelah membaca salah satu cerita Abu Nawas terbaik di artikel ini, jangan lupa ketahui juga fakta menarik seputar kisahnya. Berikut ini ulasannya 1. Dikaitkan dengan Wafatnya Gus Dur Cerita dongeng ini mungkin bisa dibilang menjadi semakin terkenal setelah Ketua Umum Pengurus besar Nahdlatul Ulama PBNU yang bernama KH Said Aqil Siroj menceritakannya dalam acara Silaturahim Alumni Madrasah Kader Nahdlatul Ulama MKNU di tahun 2019. Tak hanya menceritakannya, ia juga menghubungkannya dengan wafatnya Gus Dur pada tahun 2009. Dengan berkelakar, ia menyebutkan kalau malaikat Munkar dan Nakir mungkin tak pernah memiliki kesempatan bertanya kepada Gus Dus di alam kubur. Karena kedua malaikat tersebut baru akan datang ketika pengantar jenazah paling terakhir sudah melangkahkan kakinya menjauh sebanyak tujuh langkah. Nyatanya, makam Gus Dur tak pernah sepi dari peziarah. “Waktu malaikat akan bertanya, eh ternyata masih ada orang. Nggak jadi, deh. Begitu terus sampai sekarang,” ucapnya saat itu yang disambut dengan tawa ribuan Alumni MKNU. Apakah kamu setuju? Baca juga Legenda Asal Mula Bukit Kelam dan Ulasannya, Akibat Iri dan Dengki Hati Manusia Kisah Abu Nawas yang Jenaka saat Menipu Malaikat dengan Kecerdikannya Itulah tadi cerita lucu tentang Abu Nawas yang menipu malaikat Munkar dan Nakir di alam kubur. Sangat menggelikan dan bisa menghiburmu, bukan? Kalau masih ingin mencari cerita lucu Abu Nawas lainnya, cek saja artikel kisah dongeng lain di PosKata. Di sini kamu bisa mendapatkan kisahnya ketika menipu raja, mencari kemudian menipu Tuhan, mencari jodoh, hingga menangkap angin dengan botol ajaib. Simak langsung, yuk! PenulisRizki AdindaRizki Adinda, adalah seorang penulis yang lebih banyak menulis kisah fiksi daripada non fiksi. Seorang lulusan Universitas Diponegoro yang banyak menghabiskan waktunya untuk membaca, menonton film, ngebucin Draco Malfoy, atau mendengarkan Mamamoo. Sebelumnya, perempuan yang mengklaim dirinya sebagai seorang Slytherin garis keras ini pernah bekerja sebagai seorang guru Bahasa Inggris untuk anak berusia dua sampai tujuh tahun dan sangat mencintai dunia anak-anak hingga sekarang. EditorNurul ApriliantiMeski memiliki latar belakang pendidikan Sarjana Pertanian dari Institut Pertanian Bogor, wanita ini tak ragu "nyemplung" di dunia tulis-menulis. Sebelum berkarier sebagai Editor dan Content Writer di Praktis Media, ia pun pernah mengenyam pengalaman di berbagai penjuru dunia maya.
Tulislah Tokoh, Karakter Tokoh, Latar, Alur, Gagasan pokok! Abu Nawas belum kembali. Kata istrinya ia bersarna seorang Pendeta dan seorang Ahli Yoga sedang melakukan pengembaraan suci. Padahal saat ini Baginda amat membutuhkan bantuan Abu Nawas. Beberapa hari terakhir ini Baginda merencanakan membangun istana di awang-awang. Karena sebagian dari raja-raja negeri sahabat telah membangun bangunan-bangunan yang luar biasa. Baginda tidak ingin menunggu Abu Nawas iebih lama lagi. Beliau mengutus beberapa orang kepercayaannya untuk mencari Abu Nawas. Mereka tidak berhasil menemukan Abu Nawas kerena Abu Nawas ternyata sudah berada di rumah ketika mereka baru berangkat. Abu Nawas menghadap Baginda Raja Harun Al Rasyid. Baginda amat riang. Saking gembiranya beliau mengajak Abu Nawas bergurau. Setelah saling tukar menukar cerita-cerita lucu, lalu Baginda mulai mengutarakan rencananya. "Aku sangat ingin membangun istana di awang-awang agar aku Iebih terkenal di antara raja-raja yang lain. Adakah kemungkinan keinginanku itu terwujud, wahai Abu Nawas?" "Tidak ada yang tidak mungkin dilakukan di dunia ini Paduka yang mulia." kata Abu Nawas berusaha mengikuti arah pembicaraan Baginda. "Kalau menurut pendapatmu hal itu tidak mustahil diwujudkan maka aku serahkan sepenuhnya tugas ini kepadamu." kata Baginda puas. Abu Nawas terperanjat. la menyesal telah mengatakan kemungkinan mewujudkan istana di awang-awang. Tetapi nasi telah menjadi bubur. Kata-kata yang telah terlanjur didengar oleh Baginda tidak mungkin ditarik kembali. Baginda memberi waktu Abu Nawas beberapa minggu. Rasanya tak ada yang lebih berat bagi Abu Nawas kecuali tugas yang diembannya sekarang. Jangankan membangun istana di langit, membangun sebuah gubuk kecil pun sudah merupakan hal yang mustahil dikerjakan. Hanya Tuhan saja yang mampu melakukannya. Begitu gumam Abu Nawas. Hari-hari berlalu seperti biasa. Tak ada yang dikerjakan Abu Nawas kecuali memikirkan bagaimana membuat Baginda merasa yakin kalau yang dibangun itu benar-benar istana di langit. Seluruh ingatannya dikerahkan dan dihubung-hubungkan. Abu Nawas bahkan berusaha menjangkau masa kanak-kanaknya. Sampai ia ingat bahwa dulu ia pernah bermain layang-layang. Dan inilah yang membuat Abu Nawas girang. Abu Nawas tidak menyia-nyiakan waktu lagi. la bersama beberapa kawannya merancang layang-layang raksasa berbentuk persegi empat. Setelah rampung baru Abu Nawas melukis pintu-pintu serta jendela-jendela dan ornamen-ornamen lainnya. Ketika semuanya selesai Abu Nawas dan kawan-kawannya menerbangkan layang-layang raksasa itu dari suatu tempat yang dirahasiakan. Begitu layang-layang raksasa berbentuk istana itu mengapung di angkasa, penduduk negeri gempar. Baginda Raja girang bukan kepalang. Benarkah Abu Nawas berhasil membangun istana di langit? Dengan tidak sabar beliau didampingi beberapa orang pengawal bergegas menemui Abu Nawas. Abu Nawas berkata dengan bangga. "Paduka yang mulia, istana pesanan Paduka telah rampung." "Engkau benar-benar hebat wahai Abu Nawas." kata Baginda memuji Ab Nawas. "Terima kasih Baginda yang mulia." kata Abu Nawas "Lalu bagaimana caranya aku ke sana?" tanya Baginda. "Dengan tambang, Paduka yang mulia." kata Abu Nawas. "Kalau begitu siapkan tambang itu sekarang. Aku ingin segera melihat istanaku dari dekat." kata Baginda tidak sabar. "Maafkan hamba Paduka yang mulia. Hamba kemarin lupa memasang tambang itu. Sehingga seorang kawan hamba tertinggal di sana dan tidak bisa turun." kata Abu Nawas. "Bagaimana dengan engkau sendiri Abu Nawas? Dengan apa engkau turun ke bumi?" tanya Baginda. "Dengan menggunakan sayap Paduka yang mulia." kata Abu Nawas dengan bangga. "Kalau begitu buatkan aku sayap supaya aku bisa terbang ke sana." kata Baginda. "Paduka yang mulia, sayap itu hanya bisa diciptakan dalam mimpi." kata Abu Nawas menjelaskan. "Engkau berani mengatakan aku gila sepertimu?" tanya Baginda sambil melotot. "Ya, Baginda. Kurang lebih seperti itu." jawab Abu Nawas tangkas. "Apa maksudmu?" tanya Baginda lagi. "Baginda tahu bahwa membangun istana di awang-awang adalah pekerjaan yang mustahil dilaksanakan. Tetapi Baginda tetap menyuruh hamba mengerjakannya. Sedangkan hamba juga tahu bahwa pekerjaan itu mustahil dikerjakan, Tetapi hamba tetap menyanggupi titah Baginda yang tidak masuk akal itu." kata Abu Nawas berusaha meyakinkan Baginda. Tanpa menoleh Baginda Raja kembali ke istana diiring para pengawalnya. Abu Nawas berdiri sendirian sambi memandang ke atas melihat istana terapung di awang-awang. "Sebenarnya siapa diantara kita yang gila?" tanya Baginda mulai jengkel. "Hamba kira kita berdua sama-sama tidak waras Tuanku." jawab Abu Nawas tanpa ragu.
di dalam cerita abu nawas tokoh utama memiliki sifat